Peranti lunak (software) open source dinilai potensial untuk diaplikasikan di ranah korporat dan pemerintahan. Selain potensi penghematan, software semacam ini juga dinilai aman karena mendapat dukungan komunitas.
Pengajar Universitas Gunadarma sekaligus pegiat open source I Made Wiryana mengatakan efisiensi dapat dilakukan karena pengguna open source tidak harus berurusan dengan lisensi seperti yang digunakan software proprietary. Keuntungan itu semakin bertambah lantaran ketersediaan program tambahan (add on) yang mudah ditemukan seiring pengembangan yang dilakukan sejumlah komunitas.
“Itu penting karena upgrade software proprietary
butuh biaya lagi terlepas dari pembelian lisensi. Artinya komponen
biayanya lebih besar,” kata dia kepada Bisnis hari ini, Senin
(21/1/2013).
Dia menambahkan, pengguna software open source
juga diuntungkan dengan potensi kustomisasi yang lebih leluasa lantaran
kode terbuka dan dapat dimodifikasi. Menurut dia, hal itu akan terasa
dampaknya pada perusahaan dengan skala kecil.
Jika mereka menggunakan software proprietary, kebutuhan biaya akan lebih besar dan tidak sebanding dengan jumlah karyawan yag ada.
Wiryana mencontohkan biaya untuk membeli lisensi salah satu software proprietary
saat ini bisa mencapai US$100-US$500 per unit. Jumlah itu akan lebih
besar seiring bertambahnya jumlah karyawan yang menggunakan perangkat
komputer.
Adapun dari sisi keamanan, kata dia, software dengan kode terbuka justru lebih teruji. Kemunculan bug atau celah keamanan akan mudah diketahui dan diperbaiki ketimbang software dengan kode tertutup.
No comments:
Post a Comment